Masalah Kesehatan Kita

Masalah Bayi dan Balita

Kematian Bayi di Indonesia

Syarat kecakapan khusus bayi dan balita mengacu pada permasalahan yang terjadi di Indonesia, seperti kematian bayi,  stunting, dan wasting. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Angka Kematian Bayi di Indonesia berada pada angka 16,85 anak per 1.000 kelahiran. Setiap 1.000 kelahiran bayi ada 16-17 bayi yang meninggal pada 2020 (Direktorat Gizi dan KIA, 2023). 

Grafik Kematian Bayi di Indonesia

Grafik yang ditampilkan menunjukkan tren penurunan angka kematian bayi di Indonesia dari tahun 1971 hingga 2020. Berikut adalah rincian dari data yang ditampilkan pada grafik:

1. Tahun 1971 (SP1971): Angka kematian bayi berada pada 145 bayi per 1.000 kelahiran.
2. Tahun 1980 (SP1980): Angka kematian bayi turun menjadi 109 bayi per 1.000 kelahiran.
3. Tahun 1990 (SP1990): Angka kematian bayi kembali menurun menjadi 71 bayi per 1.000 kelahiran.
4. Tahun 2000 (SP2000): Angka kematian bayi turun lebih lanjut menjadi 47 bayi per 1.000 kelahiran.
5. Tahun 2010 (SP2010): Angka kematian bayi mencapai 26 bayi per 1.000 kelahiran.
6. Tahun 2020 (LF SP2020): Angka kematian bayi berada pada angka 16,85 bayi per 1.000 kelahiran.

 Kesimpulan

Grafik menunjukkan tren penurunan yang konsisten dan signifikan dalam angka kematian bayi di Indonesia selama periode hampir lima dekade, dari tahun 1971 hingga 2020. Penurunan ini menunjukkan keberhasilan berbagai upaya dan intervensi kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak terkait dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak, perbaikan layanan kesehatan, serta peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan bayi dan ibu. Meski sudah ada kemajuan yang signifikan, masih diperlukan upaya berkelanjutan untuk menurunkan angka kematian bayi lebih lanjut agar mencapai standar kesehatan global yang lebih baik.

Kematian Bayi di Jawa Tengah

Grafik ini menampilkan tren penurunan angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 1971 hingga 2020. Berikut adalah rincian data yang ditampilkan pada grafik:

1. Tahun 1971 (SP1971): Angka kematian bayi berada pada 144 bayi per 1.000 kelahiran.
2. Tahun 1980 (SP1980): Angka kematian bayi turun menjadi 99 bayi per 1.000 kelahiran.
3. Tahun 1990 (SP1990): Angka kematian bayi kembali menurun menjadi 65 bayi per 1.000 kelahiran.
4. Tahun 2000 (SP2000): Angka kematian bayi turun lebih lanjut menjadi 44 bayi per 1.000 kelahiran.
5. Tahun 2010 (SP2010): Angka kematian bayi mencapai 21 bayi per 1.000 kelahiran.
6. Tahun 2020 (LF SP2020): Angka kematian bayi berada pada angka 12,77 bayi per 1.000 kelahiran.

Grafik menunjukkan tren penurunan yang konsisten dan signifikan dalam angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah selama hampir lima dekade, dari tahun 1971 hingga 2020. Penurunan ini mengindikasikan keberhasilan berbagai upaya dan intervensi kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, termasuk peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak, edukasi kesehatan, perbaikan gizi, serta peningkatan akses ke fasilitas kesehatan. Meskipun telah terjadi penurunan yang signifikan, upaya berkelanjutan masih diperlukan untuk terus menurunkan angka kematian bayi dan mencapai standar kesehatan yang lebih baik.

Stunting

Prevalensi stunting di Indonesia turun dari 27,7% pada tahun 2019, 24,4% pada tahun 2021, menjadi 21,6% pada tahun 2022 dengan mayoritas terjadi pada anak usia 3-4 tahun sebanyak 6%. Angka prevalensi stunting di Indonesia masih belum sesuai dengan standar WHO yang menargetkan kurang dari 20%. Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang menyumbang jumlah anak stunting cukup tinggi, yaitu 73.753 anak. Hasil Pemantauan Status Gizi pada tahun 2017 mencatat terdapat 28,5% kejadian stunting di Jawa Tengah. Menurut data Riset Kesehatan Dasar, angka stunting di Kabupaten Magelang tahun 2017 sempat berada pada angka 37,6 persen. Tetapi secara perlahan mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, yaitu sebesar 20,23 persen pada tahun 2020. Angka kejadian stunting di Kabupaten Magelang masih berada diatas standar WHO yang menargetkan kurang dari 20%.

Apa itu stunting?

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Apa penyebab stunting?

Penyebab stunting antara lain yaitu asupan gizi dan status kesehatan yang meliputi ketahanan pangan (ketersediaan, keterjangkauan dan akses pangan bergizi), lingkungan sosial (norma, makanan bayi dan anak, hygiene, pendidikan, dan tempat kerja), lingkungan kesehatan (akses, pelayanan preventif dan kuratif), dan lingkungan pemukiman (air, sanitasi, kondisi bangunan).

Ibu hamil dengan konsumsi asupan gizi yang rendah dan mengalami penyakit infeksi akan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan atau panjang badan bayi di bawah standar. Asupan gizi yang baik tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga tetapi juga dipengaruhi oleh pola asuh seperti pemberian kolostrum (ASI yang pertama kali keluar), inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, dan pemberian makanan pemdamping ASI (MP-ASI) secara tepat. Selain itu, faktor kesehatan lingkungan seperti akses air bersih dan sanitasi layak serta pengelolaan sampah juga berhubungan erat dengan kejadian infeksi penyakit menular pada anak.

Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan urbanisasi, globalisai, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan. Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup: komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, dan kapasitas untuk melaksanakan.

Apa saja dampak dari stunting?

1. Dalam jangka pendek

Stunting menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme.

2. Dalam jangka panjang

Stunting menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitas saat dewasa. Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan resiko penyakit tidak menular seperti diabetes melliltus, hipertensi, jantung koroner dan stroke.

Wasting

Wasting adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang mencerminkan berat badan anak terlalu kurus menurut tinggi badannya. Dari semua bentuk masalah gizi pada anak, wasting memiliki risiko kematian tertinggi, dengan risiko meninggal hampir 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak gizi baik. Global Nutrition Report (2018) menyebutlkan 50,8 juta anak menderita wasting dan Asia Tenggara menempati peringkat pertama dengan wasting terbanyak. Prevalensi wasting di Asia Tenggara telah merepresentasikan keadaan kebutuhan intervensi gizi yang serius. Berdasarkan data dari hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 prevalensi wasting di Indonesia adalah 7,7%, dengan prevalensi balita wasting di Jawa Tengah sebesar 7,9%. Angka wasting di Jawa Tengah masih lebih tinggi dari persentase wasting secara nasional. Sedangkan angka wasting di Kabupaten Magelang sebesar 3,9%, lebih rendah dari persentase di provinsi Jawa Tengah.

Dampak Wasting

Kekebalan (sistem imunitas) tubuh rendah
Anak wasting, khususnya anak gizi buruk, memiliki sistem imunitas yang rendah sehingga mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, batuk pilek, dan pneumonia. Balita wasting bila menderita penyakit infeksi maka kondisinya dapat lebih parah dan lebih sulit untuk sembuh dibandingkan anak gizi baik.

Gangguan pertumbuhan fisik
Anak wasting berisiko mengalami gangguan pertumbuhan fisik, termasuk pertumbuhan tinggi badan, dikarenakan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan untuk bertumbuh. Jika kondisi ini berlangsung dalam waktu yang lama, anak tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stunting, yaitu kondisi di mana tinggi badan lebih pendek bila dibandingkan anak seusianya.

Gangguan perkembangan otak
Zat gizi adalah kunci penting dalam mendukung perkembangan otak balita. Sama seperti stunting, asupan gizi pada anak yang mengalami wasting juga terganggu, yang berisiko bagi perkembangan otak yang optimal, kemampuan belajar, serta produktivitas kerja di masa depan.

Berisiko terkena penyakit tidak menular saat usia dewasa
Sama halnya dengan stunting, anak yang mengalami wasting memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit tidak menular, seperti diabetes dan penyakit jantung, saat usia dewasa.

Kematian
Dari semua bentuk masalah gizi anak, wasting, khususnya gizi buruk memiliki risiko kematian yang paling tinggi, yaitu hingga hampir 12 kali lebih tinggi dibandingkan anak gizi baik. Risiko kematian yang tinggi pada anak gizi buruk dikarenakan kekebalan (sistem imunitas) tubuh yang rendah sehingga bila menderita penyakit infeksi, maka kondisinya akan lebih parah dan lebih sulit untuk sembuh, serta dapat menyebabkan kematian.

Sumber :

Anak, D. G. dan K. I. dan. (2023). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) Direktorat Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Tahun Anggaran 2022. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–39.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2022). Laporan LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2.

Global Nutrition Report. (2018). Global Nutrition Report: Shining a light to spur action on nutrition. In Global Nutrition Report.

Kemenkes. (2017). SIGIZI Terpadu. https://sigiziterpadu.kemkes.go.id/ppgbm/index.php/Dashboard/stunting

Kemenkes. (2022). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Kemenkes, 1–150.

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf

Lestari, T. R. . (2023). Stunting Di Indonesia: Akar Masalah dan Solusinya. Info Singkat: Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis, XV(14), 21–25.

Menteri Kesehatan RI. (2020). Permenkes Nomor 2 Tahun 2020. 14(2), 1–4. http://www.unpcdc.org/media/15782/sustainable procurement practice.pdf%0Ahttps://europa.eu/capacity4dev/unep/document/briefing-note-sustainable-public-procurement%0Ahttp://www.hpw.qld.gov.au/SiteCollectionDocuments/ProcurementGuideIntegratingSustainabilit

WHO. (2023). Selain Stunting, Wasting Juga Salah Satu Bentuk Masalah Gizi Anak yang Perlu Diwaspadai | UNICEF Indonesia. https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi/artikel/stunting-wasting-sama-atau-beda

Wasting (Gizi Kurang dan Gizi Buruk) dan Dampaknya pada Anak | UNICEF Indonesia. (n.d.). Retrieved July 30, 2024, from https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi/artikel/dampak-wasting-pada-anak
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (n.d.). Retrieved July 30, 2024, from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1388/mengenal-apa-itu-stunting

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *